#Pentigraf

Arini  masih berdiri terpaku di sudut ruang kerjanya, pandangannya menembus kaca bangunan bertingkat ini, sehingga ia bisa leluasa melihat gedung-gedung yang berada di sekelilingnya. Sudah seminggu ini  Ia berada diambang kebingungan dengan keputusan yang harus diambil. Ia mencoba untuk berdamai dengan fikiran dan keadaannya agar keputusan yang diambil nantinya benar-benar sebuah keputusan yang terbaik.

            Setelah menamatkan pendidikan di salah satu perguruan tinggi terbaik di negeri ini, dengan nilai yang juga sangat memuaskan. Tentunya tidak susah bagi Arini memperoleh pekerjaan sesuai keahliaannya. Berbekal ilmu dan kecerdasan yang dimiliki tidak terlalu lama baginya untuk memperoleh kedudukan penting di tempat ia bekerja. Tentunya dengan penghasilan yang sangat fantastis. Tetiba saja  ia dihadapkan pada satu keadaan yang mengharuskannya untuk memilih. Anak semata wayangnya mengalami kecelakaan dalam pengasuhan pembantunya. Yang menyebabkan buah hatinya mengalami kelumpuhan.

            Arini bangkit dari tempatnya berdiri seraya mengambil sebuah amlpop  di meja kerjanya, ia pun bergegas keluar. Perlahan ia mengetuk pintu ruangan yang berada disebelah ruang kerjanya dan melagkah masuk. Seorang  laki-laki berbadan tambun tengah duduk memandang Arini keheranan. Arini memberikan sebuah amplop kepada laki-laki tersebut yang tidak lain bosnya sendiri. Perlahan laki-laki itu membuka amplop yang disodorkan Arini, ia membaca baris demi baris kata yang tertera di kertas putih itu. Sampai akhirnya matanya terbelalak membaca tulisan penutupnya yang berisi pengunduran diri Arini dari jabatan dan pekerjaannya. Masih tidak percaya ia bertanya langsung kepada Arini mengenai keputusannya ini, dan ia melihat perempuan di depannya mengangguk dengan mantap.

Payakumbuh, 31 Mei 2020